Sabtu, 10 Agustus 2019

Fitrah Seksualitas, 5 Tips Membangkitkan Fitrah Seksualitas Anak



Tips ini berdasarkan pengalaman ibu membesarkan 2 anak laki-laki, Gian (6 tahun 3 bulan) dan Geni (3 tahun 5 bulan). 

Tahapan duoG masih di dekat dengan kedua orangtua. Ini resep ala-ala ibu duoG ya. Misal sesuai ya monggoh bisa diterapkan, kalau belum ya semoga suatu saat berguna. Aamiin...

***

Berawal dari dua latar belakang yang berbeda, membesarkan anak merupakan tantangan bagi kami berdua. Banyak percobaan dan kesalahan yang kami lakukan tetapi dari situlah kesadaran dan kewarasan terbentuk.

Kuy langsung ke tips!

1. Kesadaran dikasih amanah dua anak laki-laki

Kesadaran berawal dari, "Oh udah punya anak nih. Ya udah kasih makan, pakaian, sekolahin. Beres. Kan anak gue, suka-suka gue dong mau besarinnya gimana."

Mata terbuka ketika mamas Gian mulai bisa ngomong dan sangat kritis. Inilah yang jadi titik awal bahwa fitur khusus yang Allah berikan memang jempolan. 

"Ibu, Allah dimana? Terus kenapa harus sholat? Ayah kok sholat di masjid?".

Aku sebagai ibu gelagapan. Mau jawab apa coba? 

Baru-baru ini kami tahu, setelah proses belajar yang jatuh bangun, ini adalah fitrah. Banyak ingin tahu dan mulai mencoba menemukan.

Saat itulah ibu dan ayah mulai terus menerus meyadarkan diri bahwa ini bukan anakku melainkan amanah. Anak yang dipercayakan Allah pada kami. Bukan milik kami tetapi milik Allah. Suatu saat kami akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang telah Allah titipkan.

Agak terlambat memang tetapi jauh lebih baik daripada kami terus berkubang dalam kesombongan bahwa duoG adalah milik kami.

Ya KESADARAN anak adalah AMANAH. Biar kagak songong main perintah dan harus nurut sama orangtua. Kami mulai setahap demi setahap menambah ilmu agar terus disadarkan perihal amanah ini.

2. Membuat waktu yang berkualitas

Waktu bermain bersama-sama anak, mengenal lebih dekat, dan membangun koneksi positif.

Ibu pas awal-awal fokus ke kuantitas. 24 jam nemenin. Berputar hanya di sekitar anak. Abis itu sering marah, ngomel, tantrum ngalahin anaknya.

"Ibu, kalau abis sekolah ibu jadi sayang aku. Bukan monster yang marah-marah. Aku suka."

Lagi-lagi mamas Gian nyentil ibu.

"Ibu, jangan hp terus. Temenin aku main."

Giliran Geni yang kasih kode.

Berkualitas itu ternyata tidak melulu harus lama. Bisa 10 menit tetapi ayah ibu fokus ke anak, menghadirkan diri juga hatinya untuk anak. Itu cukup bagi anak. Bukan 10 menit yang disambi main hp atau telepon klien.

Anak-anak mengamati kemudian mencontoh. Bulat-bulat.

3. Contoh nyata skill tanpa bias gender

"Aku mau mandi sama ayah."
"Ibu bisa benerin lampu biar nyala lagi."

Memandikan, menyuapi, bahkan membilas setelah buang air; bisa ayah lakukan. Tidak melulu harus ibu.

Begitu pula urusan listrik yang tidak berat, ibu juga bisa.

Semua dijelaskan ke anak kalau ibu dan ayah bisa bertukar peran karena saling bantu satu sama lain.

4. Melatih komunikasi agar produktif

Fitrah seksualitas sangat bergantung pada pola komunikasi yang sehat. DuoG bisa sangat sensitif ketika ayah ibu mereka memiliki komunikasi yang macet.

Kedekatan jadi berkurang ketika merasakan ketidaknyamanan sehingga ayah ibu wajib terus praktik komunikasi produktif agar penerimaan terhadap fitrah anak maksimal.

"Kita beri waktu ayah untuk cuci tangan dan ganti baju ya, biar mainya gak terganggu."

Komunikasikan dengan anak-anak tentang jeda. Biar anak-anak juga bisa terlibat dalam kegiatan main dengan tenang, ayah juga bisa melepas penat sejenak. Begitu pula dengan ibu yang butuh waktu jeda.

"Ibu, aku laki-laki juga bisa ya mandiin Geni. Kaya ayah mandiin aku."

Ketika komunikasi terbentuk, ayah ibu bisa menjelaskan peran-peran tanpa bias dan emosi sesaat.

5. Terus belajar karena anak terus bertumbuh

"Bila belum bisa menyuburkan, setidaknya jangan mematikan kecuali kamu sudah punya jawaban saat ditanya Allah Sang Pemberi amanah."

Dengan inner-child ayah ibu, ketidaktuntasan fitrah seksualitas, dan pola asuh yang berbeda; seharusnya memberikan kesadaran ayah ibu untuk terus belajar agar bisa terus tumbuh bersama anak-anak. Mau semahal apapun, pendidik utama anak-anak adalah ayah ibu.

Belajar tidak harus mahal tetapi akan jadi mahal bila anak kami mati fitrahnya karena diri yang fakir ilmu.

***

"Ibu aku laki-laki. Aku mau jadi bapak guru."

Ibu tersenyum paham. Ya nak, guru tidak melulu pekerjaan perempuan. Kamu juga boleh.

"Bukan cuma bikin pinter bu tapi aku bisa berubahin anak yang jahat jadi baik."

PR kami masih banyak untuk menumbuhkan fitrah seksualitas tetapi kami yakin Allah akan mampukan. Aamiin...


#Hari3
#Bunsaylevel11
#Fitrahseksualitas
#kuliahbundasayangIIP
#Bunsay4Bekasi
#Level11Bunsay4Bekasi

Referensi

Materi Fitrah Seksualitas adalah tema 3 yang disampaikan oleh Wella, Luthfi, Mustika, Maryam, di kelas Bunda Sayang Batch 4 Bekasi

Diskusi WA Grup kelas Bunda Sayang  Batch 4 Bekasi

Fitrah Gender/Fitrah Seksualitas, Fitrah Based Education, Harry Santosa, 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar