Selasa, 30 April 2019

Mendidik Anak Cerdas Finansial Sejak Dini, Hari 6 Lelah Menuntut Ilmu

Ibu memberikan contoh sibuk menuntut ilmu agar anak-anak tahu ilmu merupakan pembuka rezeki juga.

#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10hari
#Harike6
#Level8
#RejekiPastiKemuliaanHarusdiCari
#CerdasFinancial

Senin, 29 April 2019

Mendidik Anak Cerdas Finansial Sejak Dini, Hari 5 Rezeki dari Hasil Kerja Keras


Belajar berusaha untuk produktif. Kesempatan bisa datang kapan saja. Rezeki pun begitu. Usaha maksimal untuk memaksimalkan kemampuan diri.

#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10hari
#Harike5
#Level8
#RejekiPastiKemuliaanHarusdiCari
#CerdasFinancial

Sabtu, 27 April 2019

Mendidik Anak Cerdas Finansial Sejak Dini, Hari 3 Bersyukur Nambah Rezeki Umur

Hari ini mamas Gian genap berusia 6 tahun. Tidak ada acara tiup lilin. Doa-doa saja dipanjatkan.

Semoga semakin berkah umur mamas.

Semoga menjadi anak yang sholeh.

Semoga menjadi anak yang cinta Allah dan Rasul kemudian cinta diri sendiri.

Semoga Allah selalu buka pintu rezeki halal untuk mamas.

Aamiin...



#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10hari
#Harike3
#Level8
#RejekiPastiKemuliaanHarusdiCari
#CerdasFinancial

Jumat, 26 April 2019

Mendidik Anak Cerdas Finansial Sejak Dini, Hari 2 Mengenal Rezeki


Ibu dan ayah dari awal membentuk keluarga ingin anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang fleksibel. Dibawa susah bisa, nyaman juga mampu. Konsep bersyukur terhadap apapun yang kami miliki sudah mulai diajarkan sejak duoG bisa berkomunikasi.

Gian dan Geni mulai berkenalan dengan menerima rezeki. Rezeki yang dijamin seperti bermain meniup tangan. Mereka menikmati bisa bernapas dengan mudah.

👦 "Alhamdulillah diberi napas, tidak sesak napas terus tidak sakit saat bernapas."
👩 "Memang teman mamas ada yang sakit?"
👦 "Kemarin waktu Aisyah operasi katanya napasnya pakai selang."

Permainan berlanjut ke drama makro. Mamas Gian berpura-pura menjadi seorang kakek yang kelelahan kemudian meminta tolong ke dedek untuk memasak makanan. Dengan penuh perhatian dedek memasak sambil menjelaskan jika masakannya tidak pedas biar kakek bisa makan. Wajah ibu dipenuhi senyum. Rezeki anak, perkembangan mereka semacam obat penghilang lelah seharian mempersiapkan mereka menghadapi hari.

Selesai makan, mamas membayar dedek dengan uang koin seratus rupiah sebanyak satu toples kecil. Mamas mengucapkan terima kasih kepada dedek karena telah membantu membuat perutnya kenyang. 

👶 "Terima kasih ya kek. Hati-hati ya. Sayang kakek," ujar dedek tersenyum senang.
👦 "Ih, aku kan kakek bukan ayah. Itu kalau sama ayah."

Ibu memberikan tambahan kepada mamas bahwa rasa bahagia saat membantu jauh lebih penting dari koin-koin. 

👩 "Coba diingat kemarin saat mamas akan berenang tetapi hujan. Mamas sempat marah-marah tapi terus berdoa sama Allah agar bisa berenang. Allah kabulkan. Mungkin saja Allah kabulkan karena mamas terus menerus ingat untuk meminta sama Allah. Berdoa."
👦 "Minta sama Allah, Tuhan yang ciptain mamas Gian."
👩 "Pintar."

Konsep manusia adalah ciptaan Allah dan ada di dunia untuk beribadah kemudian Allah pelihara manusia dengan menjamin rezekinya. Usaha, sedekah, dan bersyukur. Semua itu ibu jelaskan sambil menghias toples sesuai dengan keinginan mamas.


toples agar mamas punya gambaran rezeki bisa digunakan untuk apa saja

👦 "Ibu bawa uang untuk infaq di sekolah. Emang gak papa bu kalau kasih uang buat orang terus. Uang ibu gak habis?"
👩 "Ya semua sudah diatur sama Allah nak. Rezeki kita tidak akan berkurang karena membantu orang lain. Justru malah bertambah."
👦 " Kok bisa?"
👩 "Ya sedekah kan juga membantu membuka pintu rezeki. Mungkin gak uang tetapi mamas jadi punya teman baru yang asyik terus gak bosan kan. Bisa main di luar sama teman-teman. Rezeki juga itu."

Ayah bekerja untuk menafkahi keluarga. Ibu mengatur pemasukan agar bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ayah sehat dan bisa bekerja dengan baik itu karena doa dari mamas juga dedek. Ibu bisa mengatur juga karena mamas dan dedek bisa diajak bernegosiasi. 

👦 "Kalau belum ada uang berarti menabung dulu masukkan ke toples menabung. Terus misal dikasih uang, lihat dulu mamas butuh apa. Kalau mainan udah banyak ya ditabung lagi. Terus sampai banyak dan bisa beli kacamata renang yang bagus."

Oke besok kita bahas lagi ya mas, kebutuhan dan keinginan. Lebih detil lagi agar mamas punya gambaran kalau segala sesuatu yang mamas lakukan itu ujungnya mendapatkan ridho Allah. Bernilai ibadah. Bukan uang. Tidak salah jalan. Sibuk mengejar duniawi lupa hakikat utama kita untuk beribadah kepada Allah. Bermain, beribadah, atau mencari ilmu demi bisa mendekatkan diri kepada Allah Sang Pencipta. Bukan sibuk mengejar dunia  saja.

(512)

#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10hari
#Harike2
#Level8
#RejekiPastiKemuliaanHarusdiCari
#CerdasFinancial

Kamis, 25 April 2019

Mendidik Anak Cerdas Finansial Sejak Dini, Hari 1 Rezeki itu Pasti Kemuliaan yang Dicari


Rezeki. Ibu mempersempit artinya dengan hanya merujuk ke upah, gaji, atau bayaran. Ibu rumah tangga tidak punya gaji kemudian kerja 24 jam penuh lalu tidak ada cuti. Kok mau? 

Setelah kelahiran dedek Geni, ibu sering sakit. Terlalu banyak pikiran yang ternyata membuat tubuh rentan terserang penyakit. Kesehatan. Hal yang membuat ibu berpikir, uang ada tetapi raga tak bisa menikmati walaupun sekedar mengunyah nasi, apa yang ingin Tuhan sampaikan?

Silaturahim. Bosan di rumah, ada teman yang mengingatkan jika ibu bisa dalam memotret dan membuat artikel sehingga bisa membantu teman dalam menyelesaikan amanahnya sesuai jadwal. Dari beberapa teman inilah, ibu sadar bahwa ibu juga bisa bermanfaat bagi mereka meskipun belum membantu dalam hal keuangan. 

Lantas apa hubungannya dengan rezeki itu pasti, kemuliaan yang dicari? Zaman kekinian menuntut ibu untuk tidak hanya hadir di dunia nyata tetapi juga punya teman-teman di dunia maya. Begitu pula nantinya duoG. Ibu akhirnya paham kebutuhan untuk eksis itu tidak masalah jika memang dilandasi dengan rasa suka dan ikhlas. Ibu tidak menggunakan cara-cara kotor seperti menipu, berbohong, atau mencuri demi "terlihat" di depan orang lain. Oleh karena itu ketika konsep rezeki ibu meluas tidak hanya fokus ke uang, duoG juga jadi bisa belajar lebih dalam tentang diri mereka. Ibu akan belajar bersama duoG untuk memahami diri agar rezeki bisa bermanfaat secara maksimal sehingga memperoleh kemuliaan.

👦"Ibu, besok aku berenang sama teman-teman dan bu guru. Aku butuh uang. Apakah berenang itu mahal?"
👩 "Tidak nak tapi lihat besok ya. Kata bu guru kalau hujan, mamas Gian tetap main di sekolah seperti biasa."
👦 "Iya. Bu guru juga bilang semua harus ikut. Gak boleh ada yang gak ikut berenang. Aku mau berenang, ibu."

Mamas Gian mulai merengek, ibu diam sejenak. Soalnya kalau ibu teruskan maka mamas semakin sulit menerima alasan apapun. Ya mamas memang sedang suka sekali dengan berenang. Mamas sudah punya rencana ingin membeli kacamata renang mengalahkan sementara kebutuhan beli pompa sepeda yang diinjak.

👩 "Nak selain melihat besok hujan atau tidak, mamas kan batuk, ya gimana caranya biar besok sembuh."
👦 "Minum air putih yang banyak terus bobok siang."
👩 "Nah kalau mamas usaha kan, Allah jadi lihat. Semoga usaha mamas bisa kabulkan doa mamas. Besok dikasih rezeki berenang deh."
👦 "Aamiin ya Allah."

***
Pagi ibu bangun lebih awal dari biasanya. Mamas juga karena katanya sudah tidak sabar akan berenang. Pulang dari belanja, gerimis cukup deras.

Mamas mulai menangis karena apa yang dinanti terancam buyar.

👨 "Yang ciptain hujan kan bukan ayah bukan ibu. Ya mamas berdoa biar gerimisnya reda. Bukan malah nangis sambil marah-marah."

Ayah berusaha memberikan pengertian sementara ibu menyiapkan bekal. Dedek Geni juga belum bangun. Rencana kumpul di kolam renang langsung jam 08.00.

👩 "Ibu lagi nunggu jawaban bu guru, kalau sudah gak gerimis ya kita berangkat."
👦"Hujannya sebentar bu. Bentar juga berhenti," ujar mamas setelah berhasil mengendalikan emosinya.

Dan ya, setelah semua siap, dedek Geni bangun. Akhirnya berangkat ke kolam renang. Rezeki punya kesempatan berenang setelah bersabar menunggu gerimis mereda.

mamas Gian menutup mata kaena cipratan air terlalu kencang

dedek Geni menikmati eksplorasi  sendiri
Berenang adalah anggaran tak terduga bulan ini, sama seperti tak terduganya mamas masuk sekolah lagi setelah hampir satu tahun mogok. Kalau dipikir lagi, anggaran kami hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tetapi ya begitulah rezeki yang pasti ada untuk setiap makhluk. Ada saja pintu yang terbuka. Pintu usaha halal. Semoga Tuhan jauhkan keluarga kita dari pintu-pintu rezeki yang tidak disukai Tuhan.

👦"Ibu hari ini mamas senang bisa berenang. Alhamdulillah hujannya sebentar."
👶 "Ibu dedek suka berenang juga. Nanti mau berenang lagi nanti sama ayah juga."
👩 "Kalau mamas dan dedek berdoa sama Allah, insya Allah ada jalan. Yang penting sa..."
👦👏 "Barrr. Sabar."

Uang kembalian parkir langsung mamas dan dedek masukkan ke dalam kenclengan sejuta cinta untuk membantu teman-teman yang belum bisa makan sehari tiga kali. Konsep membantu yang paling mudah diterima duoG untuk saat ini.

(637)

#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10hari
#Harike1
#Level8
#RejekiPastiKemuliaanHarusdiCari
#CerdasFinancial

Sabtu, 13 April 2019

Semua Anak adalah Bintang, Hari 17 Kumpul Keluarga


Membaur bersama keluarga. Kehangatan menjelang puasa. Sedikit mengobati kerinduan akan kampung halaman.

Pondok Gede. Rumah Bude. Mamas dan dedek ketemu sepupu-sepupu, bermain petak umpet, peran, dan kartu.

Gak tidur siang dan maunya main terus. Banyak teman juga aktivitas jadinya makan banyak.

Ibu bahagia jadinya.

(44)

#Tantangan10hari
#Level7
#KuliahBunsayIIP
#BintangKeluarga

Jumat, 12 April 2019

Semua Anak adalah Bintang, Hari 16 Belajar Mengapresiasi Bukan Gaji

Dalam hidup apabila semua dirasa pas maka datangnya sesuai waktu saja. Tidak terlalu cepat atau terlalu lama. Tepat waktu. 

Akhir-akhir ini ibu sedang memikirkan bagaimana menjelaskan tentang bagaimana anak-anak menghargai diri bukan dari sisi materi tetapi kualitas diri. Namun mungkin karena ibu juga masih berkutat dengan penerimaan diri maka tantangan yang dihadapi ya masih seputar itu lagi itu lagi.

Satu hal yang lebih bikin ibu mengangguk-angguk hari ini yaitu ketika mamas Gian pulang dari main dia bercerita jika dia mendapatkan uang. Tidak banyak, Rp2.500.

"Aku bantu Popo (kakek) nyapu terus dikasih uang katanya buat beli jajan. Yang 2 ribu aku simpan, lima ratusnya aku kasih ke yang buat bantu temenku. Temenku yang gak punya rumah."

Konsep apresiasi diri pada zaman yang serba terbuka dan sedikit-sedikit terpampang di media sosial, akhirnya rancu. Niatnya untuk diakui bukan untuk merasa diri utuh. Nah hari ini kena tampar lagi sama anak sendiri. 

Gaji dan apresiasi orang lain jadi sebegitu penting. Bukan lagi perasaan bermanfaat dan utuh. 

Tentu anak-anak tidak sejauh itu memikirkan jika membantu orang lain akan mendapatkan imbalan uang atau barang lain tetapi orang dewasa lah yang bisa menjelaskan. 

"Mamas niatnya membantu terus Popo kasih. Itu bentuk ucapan terima kasih selain Popo bilang terima kasih sudah membantu."

Dari kemarin mencari jawaban atas rezeki itu pasti kemuliaan yang dicari. Kemuliaan macam apa? Ya balik ke niat. Niat membantu mau bagaimanapun nanti tanggapannya ya niatnya lurus membantu. Perkara dari membantu dapat silaturahim kemudian dapat ladang baru untuk mengais rezeki ya itu sudah jalan Allah.

Sementara kosakata Geni meningkat drastis. Mulai ikut menyanyi lagu olahraga pagi mamas Gian karena Geni ikut terlibat sebelum mamas Gian masuk kelas. Naik turun tangga secara mandiri dan sudah paham kalau mamas masuk kelas artinya Geni harus turun.

(289)

#Tantangan10hari
#Level7
#KuliahBunsayIIP
#BintangKeluarga

Kamis, 11 April 2019

Semua Anak adalah Bintang, Hari 15 Tidak Mendendam


Mamas pulang sama teman yang kemarin-kemarin sering bikin dia nangis. Katanya biar si temen gak diculik karena pulang sendiri. Si teman tidak ada yang jemput. Gak punya temen juga karena sikap dia dan orangtuanya yang ajaib. Ibu yang masih gak terima. Kenapa kamu mengambil tanggung jawab itu.

"Allah itu sayang orang yang suka menolong ibu."

Ya kamu benar. Ibu saja yang sudah tua tapi malah suka memendan dendam.

(68)

#Tantangan10hari
#Level7
#KuliahBunsayIIP
#BintangKeluarga

Rabu, 10 April 2019

Semua Anak adalah Bintang, Hari 14 Aku Pintar


"Ibu, nanti abis beli permen balik lagi ke rumah ya. Kan aku mau berangkat jalan kaki biar pinter."

Sudut pandang baru untuk kata pintar berdasarkan anak umur 5 tahun 11 bulan 10 hari.

Sementara dedek sangat suka ikut sebentar pemanasan bareng mamas dan teman-teman sekolahnya.

(45)

#Tantangan10hari
#Level7
#KuliahBunsayIIP
#BintangKeluarga

Selasa, 09 April 2019

Setiap Anak adalah Bintang, Hari 13 Kehilangan adalah Biasa

Seperti apakah hidup normal? Apakah normal bagi orang satu sama dengan orang lainnya?

Tidak mudah bagi ibu untuk merelakan mainan-mainan mamas atau dedek rusak juga hilang. Padahal hilang atau rusak merupakan hal yang alami dalam hidup. 

"Kata bu guru, besok ditanyain siapa yang bawa mainan bolderku."

Reaksi santai mamas saat mainan yang dibawa pas sekolah menghilang. 

Setelah pulang sekolah, ibu biasakan mamas membongkar tas untuk mengelurkan tempat bekal dan botol minum. Nah ketahuan deh kalau mainan robot yang dibawa tadi pagi tidak ada di dalam tas. Ketika mamas kembali ke sekolah, katanya dia tidak menemukan. Ini kehilangan kedua setelah bola biru lenyap tanpa jejak.

Biasa tetapi ibu malah berpikir berlebihan. Ayolah bu. Kehilangan itu normal. 

Dedek Geni hari ini jauh lebih baik dari kemarin. Bubur kacang hijau, roti, nasi goreng, sayur bayam dan sosis. 

(134)

#Tantangan10hari
#Level7
#KuliahBunsayIIP
#BintangKeluarga

Senin, 08 April 2019

Semua Anak adalah Bintang, Hari 12 Ingin Tahu Petir


Cuaca, banjir dan kilat.

Chick and chicken.

Suasana hujan deras dan kilat membuat lapar.

Mamas Gian menceritakan harinya di sekolah dan nangis kaget karena bunyi kencang yang pas banget lagi keluar menyambut ayah pulang kerja.

Dedek Geni lagi ruwet masalah makan hari ini. Telur dan telur lagi.

Besok mau coba yang lain, semoga saja mau makan.

(56)

#Tantangan10hari
#Level7
#KuliahBunsayIIP
#BintangKeluarga

Minggu, 07 April 2019

Semua Anak adalah Bintang, Hari 11 Bosan Menonton Televisi


Televisi sering dijadikan kambing hitam untuk setiap kurang maksimalnya anak berkembang.

Waktu untuk melihat layar perlu dibatasi tetapi bagaimana dengan anak-anak kinestetik yang memang cepat bosan. Jangankan kecanduan, duduk lama di depan layar saja tidak tahan.

Tidak perlu mainan mahal, anak-anak hanya butuh sedikit inisatif dari orangtua dan niat lurus untuk hadir utuh mendampingi tumbuh kembang mereka.

Menemukan benang-benang ruwet saja anak-anak sudah senang bukan kepalang. Ada mainan baru yang menantang mereka. Televisi hanya sebagai penambah heboh ketika benang-benang nyangkut di kipas angin, tawa riang anak-anak yang menemukan benang-benang bisa terbang, serta kebanggaan anak-anak begitu tahu benang-benang transparan bisa membuat mereka jadi pesulap.

Lari-lari sambil melompat kecil ala kodok kemudian berakhir baca buku sebelum tidur.

Orangtua hanya perlu meluangkan maksimal 15 menit berkualitas sampai anak puas. Anak-anak akan bosan dengan televisi jadi tidak perlu mengkambinghitamkan televisi. Bukan televisi yang salah tetapi ketidakmampuan orangtua untuk terus sadar bahwa anak-anak memang hanya perlu kehadiran orangtua.

"Ayah baca buku."
"Ibu, taruh dulu gawaimu."

Televisi tidak pernah jadi pengganti, ayah ibu lah yang jadi kunci apakah anak berkembang sesuai fitrahnya atau tidak. Itulah tamparan keras hari ini.

(183)

#Tantangan10hari
#Level7
#KuliahBunsayIIP
#BintangKeluarga

Sabtu, 06 April 2019

Semua Anak adalah Bintang, Hari 10 Bergerak untuk Bersyukur


Bola yang terakhir dipakai Jumat lalu menghilang. Sudah hilang mau bagaimana? Ibu memang dari kemarin mikirin mau beli bola baru buat mamas. Apakah ini pertanda? 

Pagi ini minta berenang tetapi ibu masih sedikit pusing dan ayah juga ikutan nyut-nyutan kepala. Di rumah dulu aja deh ya.

Ayah menemani duoG main mobil-mobilan dan menonton film dinosaurus. 

Perjuangan hari ini lebih ke meminta dedek Geni makan. Sampai akhirnya ayah menyarankan membuat telur dadar berisi brokoli dan wortel. Meskipun awalnya menolak, mamas akhirnya habis satu piring dan Geni dapat 7 suapan. Lumayan lah daripada gak ada sama sekali. Sebenarnya telur dadarnya keasinan dan bau brokolinya menyengat sekali tetapi alhamdulillah doyan. Ibu turun dapur dengan tidak pede tetapi ya bersyukur dikasih pemikiran cepat untuk eksekusi.

Hari ini merasa bersyukur banget anak-anak sehat walaupun cuaca sangat terik. Ini juga yang menguatkan untuk tidak berenang dulu.  

Sudah hilang ya sudah, fokus ke yang masih ada. Fokus ke mamas yang semangat ngerjain PR. Menebalkan asmaul husna dan memberi warna. Terus menyiapkan semua peralatan sekolah sendiri. 

(168)

#Tantangan10hari
#Level7
#KuliahBunsayIIP
#BintangKeluarga

Jumat, 05 April 2019

Semua Anak adalah Bintang, Hari 9 Kenangan di Belakang Semoga jadi Pelajaran


Anak-anak punya harus bahagia dulu baru pintar. Kalimat itu terus terngiang.

Bintangnya bukan berasal dari sinar akademik tetapi sinar penerimaan diri.

Sekolah, PR, dan kenikmatan. 

Geni ternyata suka nyanyian, musik, dan gerakan.  

Mamas menikmati ada di sekolah. Dedek juga ikut. Ibunya teler. Menerima sakit yang menyerang.

Bertahan dengan segala daya upaya.


Anak-anak punya harus bahagia dulu baru pintar. Kalimat itu terus terngiang.

Bintangnya bukan berasal dari sinar akademik tetapi sinar penerimaan diri.

Sekolah, PR, dan kenikmatan. 

Geni ternyata suka nyanyian, musik, dan gerakan.  

Mamas menikmati ada di sekolah. Dedek juga ikut. Ibunya teler. Menerima sakit yang menyerang.

Bertahan dengan segala daya upaya.

(51)

#Tantangan10hari
#Level7
#KuliahBunsayIIP
#BintangKeluarga

Kamis, 04 April 2019

Semua Anak adalah Bintang, Hari 8 Jadikan Saat Ini yang Terpenting


"Ah besok masih bisa kok."

Pikiran ini terlintas setelah pagi ini melihat mamas Gian berangkat ke sekolah sendiri dengan berjalan kali. Mamas begitu semangat dan tidak mengindahkan perkataan ibu tentang 'mamas kepagian'. 

Ibu meminta ayah mengikuti karena dedek masih tidur jadi tidak mungkin untuk ditinggalkan.

Ternyata mamas hampir balik lagi karena di sekolah belum ada guru yang datang ketika mamas dan ayah sampai. Namun itu tidak lama, begitu mamas mau balik salah satu guru datang. 

Besok masih bisa mengantarkan tetapi ketika di rumah sepi karena mamas sekolah dan dedek belum bangun, ibu bingung. Ah siapkan saja sekarang. 

Pulang sekolah mamas sudah dibelikan dedek jagung rebus+keju+meses terus yang jual lupa dikasih susu vanilla. Alhasil mamas makan setengah sementara dedek abis.

Membaca buku, bermain pasir, membereskan mainan. Tiga hal itu yang bisa kita selesaikan hari ini. 

Habis tidur siang ibu bukannya segar malah sakit kepala.

Akhirnya mamas berinisatif untuk menelpon sepupunya dan ngobrol saling memperlihatkan mainan juga cerita keseharian. Lalu menelpon Uti kemudian terakhir menelpon aunty.

Mamas bangga dengan keberhasilan berangkat sekolah sendiri jalan kaki. 

"Nak memang harus begitu, hargai hal-hal kecil yang bisa kamu lakukan."

Mungkin karena bahasa kasih mamas lebih ke pujian dan pengakuan. 

Menjadikan hari ini berharga karena besok akan ada lagi pengalaman yang membuat kita lebih bahagia lagi.

Dedek Geni agak rewel karena biang keringat yang gatal dan membuat gak nyaman tetapi masih mau bermain.

(227)

#Tantangan10hari
#Level7
#KuliahBunsayIIP
#BintangKeluarga

Rabu, 03 April 2019

Semua Anak adalah Bintang, Hari 7 Mari Bicara Serius


Perjalanan menuju bioskop yang akhirnya berbalik arah ke tempat main sepuasnya.

Perjalanan yang dipilih duoG sampai ditanya ayah dua kali, "Beneran gak mau nonton?"

Mamas Gian dengan yakin memilih tempat main sepuasnya.

Mata begitu berbinar ketika sampai di lokasi. Setelah main beberapa waktu, perut lapar dan memilih tempat makan yang ternyata hanya menyajikan ayam goreng dengan bumbu pedas. 

👦"Ibuuu, ini pedes sekali." 

Sambil marah coba ngomongnya. Alhamdulillah ibu habis ngobrol bermanfaat paginya jadi bisa bicara serius tanpa harus marah-marah gak jelas.

👩"Ya coba diingat-ingat, siapa yang milih untuk main dan makan di sini? Bukannya mamas tadi udah ayah ibu kasih pilihan?"
👦 "Iya aku yang pilih."
👩 "Ya berarti besok lagi dipikirkan baik-baik. Tempat main sepuasnya pilihan makannya ayam dengan bumbu pedas. Ya kalau mau berarti makan yang lain bukan di sini lagi."

Lima tahun dan sudah diajak ngobrol tentang pilihan plus konsekuensi, apakah paham? Belum bisa langsung paham tetapi memang harus dilatih kan. Biar ibu ayah gak punya hutang pengasuhan.

Dedek Geni sudah bisa main sendiri lebih lama dibandingkan main dengan pengawasan. Mamas juga membantu mengawasi dan bermain bersama dedek.

Ayah ibu yang kompak sepertinya berpengaruh dengan kekompakan anak.

"Semua tergantung setelan orangtua, mau menjadikan anak seperti apa. Semoga tak ada sesal kemudian. Bersusah payah sekarang, santai kemudian."

Biasakan bandingkan anak dengan dirinya hari ini dan kemarin. Semoga setelah itu anak-anak paham tidaklah perlu membandingkan dirinya dengan orang lain tetapi dirinya sendiri. 

👩 "Belajar apa hari ini nak?"
👦 "Ajak dedek mandi, ambilin baju dedek, tidak menyerobot antrian, bilang permisi, main sama-sama teman, dengerin ibu, gak lama di bawah perosotan biar gak ketendang, mandi sendiri, pakai baju sendiri, cebok sendiri, berkreasi telor ceplok, makan sendiri, main hp sesuai waktunya, dengerin ayah, tahan geli potong rambut, tahan makan pedes."
🧒 "BAB di kloset, makan buncis sedikit, main pasir belum diberesin, nangis kejer pas potong rambut, kasih garam, kocok telur, makan malam habis, main hp sesuai waktu, meminjamkan mainan."

Perjalanan dilanjutkan besok. Istirahat dulu ya.

(324)

#Tantangan10hari
#Level7
#KuliahBunsayIIP
#BintangKeluarga

Selasa, 02 April 2019

Semua Anak adalah Bintang, Hari 6 Sadar Sekolah


Gunakan mata, buka hati, dan pilah dengan teliti. Bagaimana bisa seorang ibu mendidik anak-anak tanpa memiliki kenangan?

Ibu dibesarkan dalam situasi rumit yang akhirnya menjadikan sekolah tempat melarikan diri. Lari dari kenyataan pahit.

DuoG punya kelekatan yang cukup kuat dengan ibu karena ibu bekerja di ranah domestik. Boleh dibilang sekolah adalah tantangan. DuoG jadi begitu pemilih mengenai orang dewasa yang boleh dan tidak boleh dekat dengan mereka baik secara fisik maupun emosional. 

Ibu mulai menangkap banyak hal semenjak meningkatkan kesadaran. Hari ini mamas berangkat sekolah sendiri jalan kaki. Setelah hampir satu tahun mogok karena marah dengan gurunya yang membuat mamas tidak nyaman bersekolah.

Sadar sekolah hampir di akhir masa ajaran. Berangkat sendiri, ikut menyarankan bekal, dan pulanh sendiri juga.

Menangkap setiap momen, sadar sepenuhnya, dan akhirnya paham kenapa anak-anak bereaksi seperti ibunya.

Sekolah yang dulu adalah tempat ibu melarikan diri, bagi anak-anak sekolah itu tempat main. Sadar bagaimana teman-teman dan interaksi di sekolah juga jadi tempat mengasah kemandirian juga penyelesaian tantangan.

"Sakit karena mamas kena kaki teman yang turun perosotan. Mamas gak langsung berdiri jadi kaki temen mamas kena mata. Kena mata karena mamas perosotannya sambil tiduran."

Alhamdulillah ibu melihat itu dengan kesadaran dan sekuat tenaga menahan amarah.

Membiarkan mamas menyelesaikan masalahnya sendiri.

Dedek ikut juga naik ke kelas mamas sebentar. Ikut olah tubuh sambil bernyanyi.

(216)

#Tantangan10hari
#Level7
#KuliahBunsayIIP
#BintangKeluarga

Senin, 01 April 2019

Semua Anak adalah Bintang, Hari 5 Merawat Ibu


👦 Assalamualaikum, ibu, aku pulang."

Salam yang dua hari ini menggema. Ibu masih di depan laptop dengan dedek Geni sibuk bermain potong-potong udang (mainan kayu).

🧒"Mamas kok udah pulang. Aku belum jemput."
👦"Aku kan udah hebat bisa pulang sendiri. Tadi aku bilang bu sama bu guru kalau aku mau pulang sendiri."
🧒"Mamas lari?"
👦"Iyalah kalau udah dekat."

Mamas kemudian mengganti baju, meletakkan tempat bekal di meja.

👦 "Ibu anggurnya gak habis karena kebanyakan. Harusnya secukupnya aja ibu bawainnya."
👩 "Oke besok siapain sendiri lah bekalnya."
👦 "Ibu aja lah. Kan tugas ibu rawat anak-anaknya. Masa aku terus aku terus."

Ibu tersenyum dan kembali menatap laptop. Sangat ingin pekerjaan ini segera selesai karena tangan dan jari-jari rasanya kram belum lagi pinggang cenut-cenut mau copot. 

👦 "Ibu kenapa? Kepalanya sakit? Aku ambilin minyak ibu ya. Sini aku kasih minyak. Mana yang sakit."

Mamas Gian menawari ibu. Sungguh sangat melegakan. Di saat paling genting, ada anak yang merawat ibu. Bermain drama, meminta tolong, dan mengasah empati. Mungkin itu yang berhasil ibu lakukan sehingga mamas Gian bisa dengan gerak cepat merespon kondisi ibu.

Dedek Geni juga ikut terlibat dengan tidak begitu banyak trik ketika makan sayur. Doyan aja padahal biasanya banyak aja alasannya untuk tidak makan sayur.

👦 "Ibu makan sayur yang banyak ya biar gak sakit terus. Nanti aku terus yang jaga ibu. Aku kan bisa capek bu."

Sebentar lagi mamas Gian akan memasuki usia enam tahun. Sejauh ini kegiatan spontan lebih dipilih karena jika terlanjur berjanji maka mamas berubah jadi penagih janji yang memusingkan kepala.

Dalam rangka membentuk karakter duoG, hari ini adalah hari pertama ibu melunasi satu hutang masa lalu. Hutang menunda dengan menyelesaikan satu deadline tepat waktu. Aku bangga padamu ibu. 

Terima kasih duoG sudah merawat ibu dan membantu ibu melunasi satu hutang ibu.

(294)

#Tantangan10hari
#Level7
#KuliahBunsayIIP
#BintangKeluarga