Selasa, 13 Agustus 2019

Fitrah Seksualitas, 5 Kebiasaan Wajib Ibu Praktikkan agar Anak Tuntas Fitrah Seksualitasnya

Biar sama-sama enak, ibu mau kasih juga kebiasaan yang wajib ibu lakukan di rumah agar anak tuntas fitrah seksualitasnya.

Oh ya yang mau lihat atau sekalian unduh presentasi ibu kemarin bisa klik saja :


Kali aja mau jadi bahan pillow talk atau diskusi pas makan malam sama suami. Hihihihi...

Lanjuuut!

Kemarin waktu membuat materi tentang fitrah seksualitas, ibu terpana melihat peran seorang ibu dan jadi berkaca, apakah aku sudah berperan maksimal untuk Gian Geni?



Kebiasaan ini ibu tuliskan karena semacam sugesti positif bagi ibu pribadi agar lebih ikhlas menjalani fitrah sebagai ibu dan semoga bermanfaat juga buat yang baca. Aamiin...

1. Fokus melihat kelebihan anak

Ibu menemukan pola asuh zaman ibu kecil sangat mempengaruhi  pola asuh ke Gian Geni saat ini.

Ibu terbiasa dibandingkan dan dituntut sempurna tanpa ada teladan dari orangtua sehingga saat ini ibu lebih sering melihat kekurangan Gian Geni. Padahal fitrah mereka sudah sesuai dengan kebutuhan di masa depan, tinggal ibu menumbuhkan dan menuntaskan.

Alhamdulillah niat ibu untuk memperbaiki diri, kembali ke fitrah, dan menjalani peran secara maksimal; dijawab Allah dengan kesempatan untuk mendapat ilmu kuliah online di IIP dan kelas psikologi terapan.

Terus berlatih agar otomatis bisa langsung terhubung dengan kelebihan Gian Geni saat berekspektasi terlalu tinggi melihat rumput tetangga yang hijau sintetis.

2. Meletakkan gadget saat waktu berkualitas

Yang sering digenggam kemana-mana memang ponsel. Ibu merasa kuat dan nyaman karena seolah memiliki dunia di genggaman.

Namun, alhamdulillah lagi Gian Geni sudah bisa mengingatkan ketika ibu berlebihan berinteraksi dengan gadget. 

Ibu juga mulai memprioritaskan Gian Geni secara bertahap. Kenapa? Buru-buru bikin gak waras jadi ya alon-alon asal kelakon deh.

3. Menerapkan batasan dan konsekuensi tanpa rasa bersalah

Namanya juga ibu yak, baper. Apalagi kalau berkaitan dengan jadwal kuliah atau supervisi, sering merasa bersalah karena harus meninggalkan anak-anak di tempat penitipan atau kadang sama ayahnya yang sabtu minggu harusnya istirahat.

Ya balik lagi, dikasih lingkungan perkuliahan dan suami yang mendukung bahwa ada kalanya Gian Geni memang harus belajar menata hati untuk jadi mandiri. Tidak bergantung pada ibu dan ayah atau manusia tetapi cukup Allah saja.

Ternyata oh ternyata ketika diajak komunikasi tentang batasan ibu harus sekolah dan ada ganti hari Gian Geni main penuh sama ibu lagi, mereka berusaha mengerti. Ya walaupun masih kadang nangis gak terima.

4. Membasuh luka tanpa mengikuti suasana hati

Ada kalanya janji yang sudah ayah ucapkan gagal terwujud karena fakta di lapangan tidak sesuai.

Ibu di sini sebaiknya menetralkan perasaan kecewa dulu karena janji buat Gian Geni, ibu dengar, akhirnya ibu juga ikut berharap akan terwujud.

Suasana hati yang sudah terproses membuat ibu jadi lebih bisa netral dan memilih kata-kata yang baik saat menjelaskan ke Gian Geni. Berbeda saat ibu masih memendam rasa kecewa. 

Oleh karena itu, sebelum membasuh luka Gian Geni ibu sebaiknya membasuh luka ibu sendiri dulu. Hasil akhirnya akan sangat jauh berbeda.

5. Memuji anak sesuai bahasa cintanya

Mengamati dengan teliti ketika Gian gagal memenuhi apa yang dia butuhkan dan lebih mengutamakan memperlihatkan tantrum, ibu tahu kalau ibu kurang bisa mengapresiasi kelebihan Gian mengungkapkan perasaannya.

Pada saat ibu bicara lebih lembut, menanyakan apa yang sedang Gian rasakan, lalu Gian mau mengakui dia ngantuk, dan akhirnya dengan kesadaran tidur sendiri. Ibu merasa berguna. Ibu merasa sudah melakukan yang terbaik.

Berkomunikasi, memuji dengan mewujudkan keinginan Gian membuat puding bersama setelah bangun tidur siang, kemudian tos. Ada sentuhan dan penghargaan.

Hangat dan menenangkan. Kembali ke fitrah ibu dengan sadar juga ikhlas.


#Hari6
#Bunsaylevel11
#Fitrahseksualitas
#kuliahbundasayangIIP
#Bunsay4Bekasi

#Level11Bunsay4Bekasi

Referensi

Fitrah Based Education, Harry Santosa, 2017, Yayasan Cahaya Mutiara Timur

https://drive.google.com/file/d/19teiz5NqHz9037TgmpIzvgE7UujCNm1I/view?usp=drivesdk

https://www.google.com/amp/s/pengejasemesta.wordpress.com/2018/05/18/fitrah-peran-ayah-ibu-sejati/amp/


Menjadi Ayah Pendidik Peradaban, Adriano Rusfi dkk, 2018, Hijau Borneoku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar